Irit Air di tempat kita

Sebagian dari kita pastinya pernah mengalami tidak ada air di tempat tinggalnya. Bisa karena perusahaan air di kota tidak punya cukup pasokan akibat kemarau, kebocoran pipa, pemeliharaan rutin, atau bisa juga karena pompa di tempat kita rusak sehingga tidak bisa menarik air ke keran, atau lainnya.

Bagi yang pernah merasakan itu, pasti tau segimana sulitnya beberapa jam tanpa air mengalir. Mandi susah, cuci piring susah, cuci tangan susah, buang air kecil apalagi besar susah, siram tanaman susah. Langsung berasa diingetin lagi bahwa selama air mengalir dengan lancar seringkali menghamburkannya, tidak menggunakannya dengan bijak.

Langsung keingetan bahwa air adalah elemen yang sangat krusial dalam keseharian kita. Selama ini menggunakan air tanpa berpikir ke sana. Karena setiap butuh tinggal buka keran. Kebanyakan waktu air itu ada.

Saya merupakan sebagian dari yang beruntung masih mendapat pasokan air yang lancar. Di luar sana ternyata ada 2,2 milyar manusia hidup tanpa akses untuk air bersih. Ga bisa kebayang gimana mereka melewatkan setiap harinya. Sementara di bagian lain dari dunia mereka banjir di mana-mana dan tidak bisa dimanfaatkan airnya pula.

Beberapa cara untuk mengirit penggunaan air dan bisa dilakukan siapapun di manapun:

  1. Matikan keran ketika sedang sikat gigi, cuci tangan, dsb
  2. Persingkat waktu mandi di bawah pancuran air
  3. Simpan air hujan
  4. Perbaiki keran bocor
  5. Cuci piring dengan sistem double dip. Satu wadah isi sabun dan air. Satu wadah untuk membilas.
  6. Dual flush toilet
  7. Gunakan biopori untuk mengompos sampah sisa makanan sekaligus menyerap air

OzHarvest Market

kenalin…

OzHarvest Market, startup di Australia buka supermarket yang menyediakan makanan, bahan makanan, dan barang lain yang berhasil diselamatkan sehingga tidak terbuang dan juga mengurangi kelaparan. Supermarket tersebut terbuka untuk umum, siapapun yang tidak bisa membayar bisa ambil barang yang dibutuhkan secara gratis. Bagi yang mampu bisa memberi donasi berapapun.

Barang-barang didapat dari supermarket-supermarket atau penjual makanan yang sudah tidak bisa menjual barangnya karena sudah lewat masa “gunakan sebelum” tapi kondisinya masih bagus. Mereka pun hanya mengambil bahan-bahan yang masih bisa dikonsumsi.

1,3 milyar ton makanan dibuang setiap tahun di seluruh dunia, menghamburkan sumberdaya dan menghasilkan emisi gas rumah kaca. Perusahaan menjual barang dengan label “best before” atau “use by” atau masa kadaluarsa yang sebenarnya dalam masa itu pun bahan-bahan tersebut masih sangat layak untuk digunakan. Tapi dengan adanya label itu maka penjual akan membuang barang-barang yang sudah lewat masa tersebut.

Kebanyakan supermarket di sini membuang bahan-bahan makanan yang masih layak konsumsi tersebut, bahkan mencampur dengan disinfektan atau larutan lain yang membuatnya tidak bisa lagi dikonsumsi. Dengan alasan tidak mau disalahkan apabila ada orang yang menyalahgunakannya.

OzHarvest Market

OzHarvest Market

“because love has no expiry date…”

Social Proof

Ketika kamu sedang berjalan dan lihat sekumpulan orang menengadah ke atas, apa yang kamu lakukan? Menengadah ke atas. Di suatu konser satu orang tepuk tangan, apa yang orang lain lakukan? Tepuk tangan.

Social proof atau herd instinct membuat individu-individu merasa mereka berperilaku dengan benar ketika mereka melakukan hal yang sama dengan orang lain. Semakin banyak orang mengikuti sebuah pemikiran, semakin baik (lebih benar) kita anggap pemikiran tersebut. Semakin banyak orang yang memperlihatkan perilaku tertentu, semakin tepat perilaku ini dinilai oleh orang lain. Tentunya ini absurd.

Social proof ini dalang terjadinya gelembung dan kepanikan pasar saham. Ini juga muncul di bidang fashion, hobi, agama. Bisa juga melumpuhkan keseluruhan budaya, misalnya ketika sebuah sekte melakukan bunuh diri kolektif.

Kasus lain adalah pidato menteri propaganda NAZI, Joseph Goebbels tahun 1943 di hadapan massa. Dia bertanya “Do you want TOTAL WAR? If necessary, do you want a war more total and radical than anything that we can even imagine today?” Kerumunan massa pun bergemuruh. Apabila yang datang ditanya secara individu and tanpa nama, kemungkinan tidak ada orang yang menyetujuinya.

Ini terjadi karena dulu mengikuti orang lain adalah strategi bertahan hidup. Bayangkan 50 ribu tahun lalu kita berjalan di Serengeti dengan kelompok berburu dan meramu, tiba-tiba mereka semua melesat. Apa yang akan dilakukan? Diam saja, garuk kepala, menimbang apakah yang kamu lihat adalah seekor singa atau sesuatu yang menyerupai singa tapi sebenernya hewan yang tidak berbahaya dan bisa jadi makanan?

Tentunya kamu akan lari secepatnya mengejar yang lain. Kita adalah penerus langsung dari mereka yang meniru perilaku yang lain. Pola ini sudah mengakar sangat dalam di kita sehingga kita masih menggunakannya saat ini, bahkan ketika sudah tidak ada lagi tantangan bertahan hidup.

“If fifty millions people say something foolish, it is still foolish” – W. Somerset Maugham

Dari buku The Art of Thinking Clearly – Rolf Dobelli